Kamis, 18 September 2014

Celoteh Ihsan #3

Pesawat!

Hari ini Abi dan Ummi pergi ke rumah sakit, waktu mereka kontrol dan mengambil obat. Adanya kartu BPJS membuatnya sedikit terbantu---walau tak jarang obat yang dipakai obat paten, demi kesembuhan mereka dengan segera. Jadi, aku dan Ihsan tinggal berdua di rumah.

Mumpung rumah sepi, bersih-bersih jadi tenang. Tak ada yang seliweran, Ihsan pun duduk tenang setelah kuberikan semangkuk sup kentang-wortel-bakso favoritnya buatan tanteku di sebelah rumah. Tak ketinggalan segelas Milo hangat dari Rais kapan hari. Hmmmm, jika mengingat perjuangannya demi mengantar ke rumah, batinku. Next time akan kuceritakan lebih lanjutnya, Insyaallah.

Kembali lagi ke aku dan pangeran kecil yang merasa home alone. Kala sibuk menyapu, dia nyeletuk, "Mom... pesawat! Itu pesawat!"

Sebenarnya yang dilihat itu helikopter milik pabrik rokok yang kebetulan sedang melintas, rupanya Ihsan masih belum bisa membedakan jenis pesawat.

"Itu namanya helikopter, Sayang."

"O.. helikoptel? Bukan pesawat ya, beda?"

"Pesawat juga, tapi pesawat kan jenisnya banyak. Liat pesawatnya Ihsan, kan beda." ujarku sambil mengambil mainan pesawatnya yang sudah terlihat banyak sambungannya.

Baby boyku terlihat manggut-manggut, "oh, kalo ini pesawat, ya. Kalo yang tadi helikoptel?"

"Kan di game Lego, Ihsan sudah tau helikopter bentuknya kaya apa." Ekali lagi dia menganggukkan kepala mungilnya.

"Besok Ihsan belikan helikoptel ya, Mom. Ya... ya.. ya..."

"Iya, minta Umi yah."

"Mom, ayo telpon Abi. Minta belikan helikoptel sekalang!" Aku cuman  senyum sambil bilang mau nerusin bebersih.

Surabaya, Oktober 2014

Kamis, 11 September 2014

Puisi 19 September 2014

Puisi untuk Acara Peringatan 19 September 2014

Pada ufuk singsing timur pejantan tanpa kokokannya, kicauan burung gereja senyap tak seperti biasa
Gemuruh langkah beribu asa menegakkan pelbagai senjata; arit, parang, bambu runcing-lah terutama

Tak gentar
Tekad nyalang bakar tiap semangat menggeliat tak bersarat
Komando Bung Tomo menggelegar
gelorakan lantang di medan perang sang pejuang rakyat

"Ini negeriku, ini tumpah darahku, bumiku, tanah yang kupijak dari alit hingga kini. Jangan rampas milik kami!" Doktrin kuat yang menancap lekat dalam tiap lafal mereka menjelang perang.

"Allahu Akbar! Allahu Akbar!" Pekik pematah mental para kompeni; sekutu-pukul mundur dan robek lah bendera warna biru!

Merah putihku berkibar dengan gagah, itu dulu!

Dua warna perlambang berani dan suci, tak bermakna lagi
Ingat kah masa penjajahan, arek Suroboyo bersusah payah mengalahkan tentara Belanda?
Kita terlena pada wajah rupawan dan sempurna gemerlap kota
Saat nurani buta nyatanya, kita terkungkung penjajah dari sesama

Merahku berani---kuatkan hati dengan segunung prestasi
Putihku suci---kembali bersih dengan toleransi

Arek Suroboyo pasti BISA!

Surabaya, 11 September 2014

Note: Dibaca waktu acara dengan Pak Ananto memperingati tanggal 19 semptember..