"Assalamu'alaikum. Nduk, nduk. Kamu di rumah kan?" suara mbah Rin tetangga rumah sebelah.
Aku yang baru saja pulang dari menginap di rumah saudara beberapa hari, meletakkan Ihsan yang masih di gendongan di atas kasur sambil memberikan mainan kesukaannya, Angry Bird. Sambil tergopoh-gopoh menuju pintu samping dan membukanya. "Wa'alaikumsalam, Mbah. Ada apa ya?"
"Kamu punya kain bekas yang tidak terpakai?"
"Ada, Mbah. Buat apa ya?" tanyaku heran.
"Cucuku mau lahir nanti."
"Alhamdulillah. Kalau begitu, jangan pakai kain bekas Mbah. Ini selimut bekas lahiran-nya si Ihsan saja." kataku sambil mencari dalam almari.
"Loh, eman Nduk. Jangan kain ini, masih bagus. Mbah cuma butuh yang bekas saja."
Keningku berkerut, "Mbah Rin, kalau kain bekas yang dipakai, kasihan nanti si jabang bayinya."
"Wes ta lah, mana kain bekasnya?" ujar beliau sambil mengembalikan selimut ihsan.
Walaupun pikiranku tak setuju dengan tingkah pola beliau, tapi demi "bah Rin yang sedang merasakan euforia menjelang kelahiran cucunya, aku turuti saja kemauan beliau.
"Ini Mbah." kain bekas yang kucari sekitar sepuluh menit pun berpindah tangan ke beliau. Bingung juga, karena kebanyakan kain bekas sudah beralih fungsi menjadi kain lap.
"Alhamdulillah. Yo wes, Mbah mau pulang dulu. Mbah harus menyiapkan tempat untuk kelahiran cucu yang ke tiga."
Kok? batinku mulai tak enak.
"Loh, Mbah. Memangnya pakai bantuan Dukun Bayi?" Mbah Rin menggeleng.
"Kenapa ga ke bidan saja sih, Mbah Rin?"
"Kenapa harus ke bidan? Biarkan saja, toh nanti juga lahir sendiri." jawab beliau santai.
"Maksudnya Mbah?"
"Ayo, sini ikut Mbah Rin. Kamu mau sekalian membantu Mbah, menyiapkan kardus."
Hah? Kardus?
Kepalaku semakin pusing, tapi langkahku tetap mengiringi nenek yang usianya hampir menginjak 80 tahun.
Aku semakin bingung ketika memasuki rumah beliau, terlihat sepi lengang. Tak ada tanda kehidupan dalam rumah tersebut. Apalagi suara khas ketika seorang Wanita yang sedang berkontraksi.
Dan hal tersebut semakin diperkuat oleh sang nenek yang mengambil sebuah kardus bekas dan meletakkan kain bekas kedalamnya.
"Manis. Sini sayang." Panggil mbah Rin.
Tak berapa lama, muncullah seekor kucing betina yang sedang berjalan tertatih-tatih, perutnya terlihat besar menggembung tanda akan segera melahirkan, "Meowwww."